Ini Masih Hangat :
Selamat datang di Blogku Dududth Blog | Jangan Lupa berkunjung Ke Website Baru saya ya, ayo ayo :D jangan lupa dibaca juga loh di Bahrul.com | Dijamin gak rugi kok. Jangan lupa ya kunjungi website saya yang Bahrul.com | Thanks kaka :)

Monday, 2 April 2012

Watak Ambisius


Dalam beberapa minggu belakangan, saya berkenalan dengan orang-orang Ambisius yang manipulatif. Orang-orang seperti ini bisa dikategorikan berbahaya, kalau tidak boleh dinyatakan buas. Watak seperti ini tidak bisa dipercaya, karena kapanpun diinginkan mereka bisa menusuk kita dari belakang dalam sekejap. Tentunya dengan cara keji sekali.

Apa itu watak ambisius yang manipulatif?

Gampang saja, ambisius itu keinginan menggebu-gebu untuk menjadi besar dalam sekejap. Sementara manipulatif berarti suka menutupi atau mengalihkan sesuatu dari yang semestinya.

Saat dua sifat ini tidak berpadu, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Orang ambisius saja mungkin bisa jadi teman yang menyenangkan. Mereka orang yang mengejar sukses dengan cara sungguh-sungguh dan jujur. Sementara orang manipulatif saja tidak terlalu menimbulkan bencana. Soalnya kebohongan mereka tidak untuk hal-hal serius. Kita bisa dengan mudah membaca pola bohongnya orang manipulatif yang tidak ambisius. Begitu gampang diterka.

Yang susah kalau ada orang ambisius yang manipulatif. Orang seperti ini menghalalkan cara-cara jorok untuk mencapai syahwatnya yang kelewat gede. Kalau perlu tikam sana tikam sini. Tiap orang boleh jadi teman hari ini tapi jadi musuh keesokan harinya. Omong besar diumbar. Hasut sana hasut sini. Adu domba semua orang yang kira-kira membahayakan posisi. Jilat-menjilat dihalalkan. Seluruh keburukan diri sendiri ditutup dengan kebohongan. Ketahuan? Tutup lagi dengan kebohongan lain.

Itu semua dilakukan demi kesenangan. Kesenangan untuk memenangi persaingan. Kesenangan untuk melihat orang lain kalah. Oh.. tidak cukup kalah saja. Kalau perlu sampai terguling-guling di bawah. Injak! Keinginan menggebu-gebu seperti ini membuat seorang dengan sifat ambisius yang manipulatif senang membuat kebohongan yang sangat rumit.

Saya sendiri bukan orang yang bersih. Saya pernah jadi orang ambisius. Saya juga pernah jadi orang manipulatif. Tapi untunglah saya ngerti permainan seperti itu tidak akan bikin hati nyaman, lalu saya tobat. Ada efek sampingnya, saya jadi bisa mengendus kalau ada orang yang punya kombinasi sifat keduanya. Dan kenyataannya adalah, orang seperti itu B-A-N-Y-A-K!

Ada tips untuk mengatasi orang seperti ini?

Oooo ada. Simpel: Mainkan saja peran orang bodoh.

Lho kok? Bukannya orang bodoh itu malah jadi korban?

Saya ga nyuruh jadi bodoh beneran.. Sedikit banyak saya belajar bahwa pada dasarnya orang ambisius dan manipulatif itu memainkan trik-triknya untuk melayani kecurigaan orang pintar. Semakin triknya dibongkar, semakin kreatif dia menciptakan trik baru. Jadi semakin kita menyelidik, semakin mereka bertahan. Semakin sok pintar kita, semakin manipulatif pula mereka. Dan parahnya, kalau merengsek terlalu dalam kita akan dihabisi karena dianggap mengancam posisi mereka. Saat itu terjadi ya game over, you are dead meat.

Nah, peran “orang bodoh” adalah membuat orang dengan watak seperti ini kehilangan tujuan kebohongannya. Percayalah, orang ambisius manipulatif itu ceroboh sekali dalam menghadapi orang lugu. Sehingga pada akhirnya mereka akan dimakan permainannya sendiri. Dan pada saat permainan kotor itu menjadi bumerang, mereka akan menghiba-hiba kepada kita, agar diampuni kesalahannya.

Saat sudah seperti itu, perlukah mereka dihakimi atau err.. paling tidak dinasehati?

Menurut saya sih tidak. Saya belum pernah lihat ada orang seperti ini yang mau berubah walaupun udah berkali-kali kena batunya. Ingat, dari awal mereka sudah pegang prinsip air mata buaya. Hari ini ngaku tobat, besok sudah nusuk kita lagi.

Jadi bersikap aman sajalah. Jangan bongkar kedok sebagai orang bodoh. Lupakan saja dosa mereka. Kalau merasa perlu tepuk tangan ya tepuk tangan saja diam-diam. Soalnya tujuan menjadi orang bodoh adalah keluar dari lingkaran persaingan mereka supaya tak ikut-ikutan jadi sasaran tembak, bukannya jadi Tuhan. Toh akhirnya si ambisius manipulatif itu akan tersiksa oleh nuraninya sendiri.

Jadi bagaimana, yang baca tulisan saya ini ada yang ambisius manipulatif ga ya? Hihihihi.



Sumber : hariadhi.wordpress.com

0 komentar:

Post a Comment