Ini Masih Hangat :
Selamat datang di Blogku Dududth Blog | Jangan Lupa berkunjung Ke Website Baru saya ya, ayo ayo :D jangan lupa dibaca juga loh di Bahrul.com | Dijamin gak rugi kok. Jangan lupa ya kunjungi website saya yang Bahrul.com | Thanks kaka :)

Friday 12 August 2011

Syekh Siti Jenar


Syekh Siti Jenar (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Sitibrit,Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang dianggap Sufi dan juga salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar (Wikipedia).

Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo (Wikipedia).

Beliau tidak bisa mengerem ucapannya yang bersifat ketauhidan, sehingga dengan cara yang dilakukannya ini membawa dampak kurang baik bagi masyarakt luas kala itu (Indospiritual).

Apa yang diucapkan oleh Syekh Siti Jenar, kemudian dianggap kontroversial itu memang sama dengan pandangan al-Hallaj. Namun pandangannya tentangManunggaling Kawulo Gusti, tidak bisa sama sekali diartikan sama denganpantheisme atau Wahdatul Wujud. Terminologi “Ittihad” dalam pandangan al-Hallaj juga bukan berarti pantheisme atau Wahdatul Wujud. Ittihad berarti menyatu. Apa yang menyatu? Yang menyatu adalah syuhudnya, bukan wujudnya. Sebagaimana ketika Anda sedang bercermin, hati Anda secara otomatis mengatakan: “Itulah aku”. Sebuah ungkapan reflektif di luar kesadaran. Anda sebenarnya menyatu dengan gambar yang memantul dalam cermin itu. Tetapi ketika Anda katakan kepada banyak orang bahwa cermin itu adalah Anda sendiri, tentu salah. Sebab cermin ya cermin, Anda ya Anda. Kalau ada interaksi antara Anda dengan cermin, itu semata karena adanya pantulan yang Anda saksikan, dan yang pertama kali menyaksikan adalah hati Anda. Kesaksian itulah yang disebut syuhud. Jadi yang menyatu bukan wujudnya tetapi syuhudnya (Irdy74).

Syeh Siti Jenar berkata, untuk apa kita membuat bingung, untuk apa kita mempersulit ilmu? Sunan Giri berkata, benar apa yang anda ucapkan, tetapi anda bersalah besar, karena berani membuka ilmu rahasia secara tidak semestinya. Hakikat Tuhan langsung diajarkan tanpa ditutup tutupi. Itu tidaklah bijaksana. Semestinya ilmu itu hanya dianugerahkan kepada mereka yang benar-benar telah matang. Tak boleh diberikan begitu saja kepada setiap orang (Alangalangkumitir).

Dakwah paling sukses pada era Walisongo (NU Online).

Syekh Siti Jenar : Wali Kesepuluh (Tanbihun).

Syahadat Jenar (Danalingga).

Ajaran Syekh Siti Jenar Bukan Momok (Kompas, Jumat 12 Juni 2009).

Bagaimana pendapat Anda ?

Kisah Syekh Siti Jenar sampai sekarang masih menjadi teka teki bagi kebanyakan orang. Benarkah sosok Syekh Siti Jenar ada dalam wujudnya sebagai manusia dan hidup di zaman para Walisanga ? Benarkah makamnya ada di Jepara Jawa Tengah ?

Sebenarnya cerita Syekh Siti Jenar adalah tajassudil makna atau masal atau perumpamaan.
Masal adalah perumpamaan, untuk memudahkan menerima keterangan-keterangan yang sulit.
Banyak keterangan yang bersifat rahasia yang terkandung di dalam kisah Syekh Siti Jenar.

Arti kata "Syekh Siti Jenar" :

Kata "syekh" dapat diartikan menurut bahasa dan juga dapat diartikan menurut istilah.
Menurut bahasa, kata "syekh" adalah setiap orang yang sudah berumur lebih dari 40 tahun, itu dinamakan syekh baik orang itu mukmin atau orang itu kafir.
Menurut istilah, kata "syekh" adalah setiap orang yang mempunyai ilmu hakekat, walaupun orang itu berusia sebelum 40 tahun.

Kata "siti" berarti "isinya hati". Tempatnya di dalam hati, bukan di bibir atau lesan.

Kata "jenar" itu artinya kuning. Kuning itu menggembirakan.

Siti Jenar berarti isinya hati yang kuning (yang menggembirakan).

Di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 69 : ... "Kuning warnanya, menggembirakan hati orang-orang yang melihatnya".

Maksudnya cerita Syekh Siti Jenar itu adalah peringatan supaya kita jangan sembrono meletakkan ilmu haq. Karena salah meletakkan ilmu haq itu adalah seperti mengalungkan berlian pada lehernya celeng/babi. Celeng itu meskipun dikalungi dengan berlian, tetap tidak akan mulia.

Dalam Kitab Jamius Shaghir Bab huruf Tha hal 194 ada sebuah hadits yang bunyinya : Bersabda Rasulullah SAW : "Tiap-tiap orang muslim yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya laksana mengalungkan permata berlian dan mutiara serta emas di lehernya celeng" (An Anas, Rowahu Ibnu Majjah).

Jadi kesimpulannya : Orang yang namanya Syekh Siti Jenar dan hidup di zaman Walisanga itu sebenarnya tidak ada. Itu hanyalah sebagai lambang akan bahayanya meletakkan ilmu haq tidak pada tempatnya.
Lambang itu kemudian dijasadkan agar mudah diterima. Itulah yang dinamakan Tajassudil Makna.

0 komentar:

Post a Comment